Minggu, 08 Juli 2012

Adisana, Bumiayu

Desa Adisana adalah salah satu kelurahan yang berada di Bumiayu. Yang termasuk dalam kelurahan Adisana adalah Blere, Gelempang, Karang pucung, Adisana, Dukuh kweni, Baruamba, Sidamukti. Sebagian besar penduduk Kelurahan Adisana memiliki mata pencaharian bertani dan berdagang. Konon dahulu kelurahan ini merupakan penghasil Buah duku, akan tetapi lambat tahun pohon duku semakin punah, hanya beberapa yang tersisa.
Secara geografis kelurahan Adisana terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama wilayah yang berada di dataran rendah : Dukuh Blere, Gelempang, Adisana sebagian besar masyarakat di desa ini hidup dari bertani. Bagian yang berada di dataran rendah adalah Karang pucung, Dukuh Kweni, Baruamba, Barulutung, Sidamukti sebagian besar memiliki profesi berdagang.
Desa Baruamba terlihat sangat menyolok kehidupan ekonominya di banding desa lainnya. Umumnya masyarakat di desa ini hidup dari berdagang seperti : Kelapa, padi, singkong, buah-buahan, dan berdagang ayam kampung.

Beda dengan Baruamba, masyarakat desa Adisana dan Blere selain hidupnya dari bertani, mereka lebih memilih menjadi Guru, PNS, buruh di pasar dan hanya sebagian kecil saja yang berdagang.

Blere yang notabene kampung kelahiranku, keadaan ekonominya jauh tertinggal di banding Desa Baruamba. Padahal Dukuh Blere letaknya paling dekat dengan sentra ekonomi (Bumiayu). Jelas perbedaan ini disebabkan dari latar belakang cara mencari riszki. Baruamba umumya masyarakat nya berdagang jadi sudah tentu perputaran uang di kampung ini jauh lebih cepat di banding Blere yang mengandalkan gaji bulanan. Ironis memang kampung dekat pusat ekonomi tapi teringgal masalah ekonominya…

Pasar Wage Bumiayu



Pasar wage, demikian masyarakat Bumiayu Brebes menyebutnya. Keberadaan pasar yang ada hanya setiap wage (salah satu nama hari, dalam pasaran jawa) ini memang begitu spesial bagi warga. Tak hanya untuk warga di kecamatan Bumiayu, setiap wagenya ratusan warga dari kecamatan lainnya, seperti Paguyangan, Bantarkawung, Tonjong dan Sirampog tak ketinggalan untuk ambil bagian. dan tak hanya orang tua, di hari libur tidak sedikit anak-anak yang bersliweran di pasar ini.
Ya, inilah Pasar wage yang terkadang disebut pasar murah oleh sebagian masyarakat. Penyebutan ini bukan tanpa alasan. Untuk beberapa komiditas tertentu seperti kaos, jaket, celana, perabot rumah tangga, harga dipasar ini memang boleh diadu murahnya. Meski tak jarang miringnya harga disepadankan dengan kualitas barang itu sendiri.
Pasar wage memang begitu unik, ditengah maraknya aksi bangun supermarket dan minimarket di Bumiayu, pasar tradisional ini tetap berjaya, menyedot animo masyarakat untuk berbelanja. Dengan ciri khas ‘tawar-menawarnya’ pasar ini telah menjadi perhatian tersendiri untuk masyarakat. Pasar yang sejatinya untuk ‘dagang ternak’ ini telah jauh berkembang tujuan asal pendiriannya.
Namun tentu, berdirinya pasar ini bukannya tanpa masalah. banyaknya lapak pedagang tak jarang memacetkan lalu lintas. Lapak yang berterbaran di sepanjang jalan menuju desa Laren ini, menggerus badan jalan menjadikannya lebih sempit.
Pun demikian, dengan segala yang dimilikinya. Pasar wage tetap sangat dinanti.

Wisata Kali Gua

 
Perkebunan teh Kaligua merupakan kawasan wisata agro dataran tinggi yang terletak Kaligua di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, kab. Brebes, Jawa Tengah. Tepatnya di wilayah Brebes bagian Selatan. Wisata agro Kaligua dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Jawa Tengah dan merupakan diversifikasi usaha untuk

meningkatkan optimalisasi aset perusahaan dengan daya dukung potensi alam yang indah. Hasil pengolahan perkebunan teh Kaligua adalah berupa produk hilir teh hitam (black tea) dengan merk “Kaligua” dalam kemasan teh celup dan serbuk. Jadi wisatawan yang berkunjung dapat langsung menikmati hangatnya teh hitam (black tea) Kaligua atau dapat membeli sebagai oleh-oleh.seperti terlihat pada gambar:

Aksesibilitas Lokasi wisata agro Kaligua terletak sekitar 10 kilometer dari arah kota Kecamatan Paguyangan, atau sekitar 15 kilometer dari Bumiayu. Jalur transportasi dapat ditempuh melalui jalur utara via Brebes atau Tegal-Bumiayu-Kaligua, Cirebon-Bumiayu-Kaligua, dan jalur selatan via Purwokerto-Paguyangan-Kaligua. Jalur tersebut dilewati jalan utama Tegal-Purwokerto, tepat masuk lewat pertigaan Kaligua, Kretek. Perjalanan mulai berkelok-kelok, dan naik-turun.
Geografis

Perkebunan teh Kaligua berada pada ketinggian 1200 - 2050 m dpl. Kondisi udara sanagt dingin, berkisar 8-22 C pada musim penghujan dan mencapai 4-12 C pada musim kemarau. Jadi tidak heran kalau wilayah perkebunan teh ini hampir selalu diselimuti kabut tebal. Perkebunan teh tersebut terletak di lereng barat gunung Slamet (3432 m dpl)yang merupakan gunung tertinggi kedua di pulau jawa setelah gunung Semeru. Dari salah satu tempat di perkebunan teh Kaligua kita dapat menikmati keindahan puncak gunung Slamet dari dekat, yaitu puncak Sakub. Nah jika ke Kaligua maka sempatkanlah untuk menikmati keindahan panorama indah, sekaligus kita dapat melihat keindahan gunung Ciremai, Tegal, dan Cilacap.
Sejarah
Perkebunan teh Kaligua merupakan warisan pemerintahan kolonial Belanda. Pabrik dibangun pada tahun 1889 untuk memproses langsung hasil perkebunan menjadi teh hitam. Kebun ini dikelola oleh warga Belanda bernama Van De Jong dengan nama perusahaan Belanda John Fan & Pletnu yang mewakili NV Culture Onderneming. Sebagai penghargaan makam Van De Jong masih terawat sampai saat ini di lokasi kebun Kaligua.

Konon pada saat pembanguan pabrik, para pekerja membawa ketel uap dari Paguyangan menuju Kaligua ditempuh dalam waktu 20 hari. Peralatan tersebut dibawa dengan rombongan pekerja yang berjalan kaki naik sepanjang 17 km. Selama proses pengangkutan tersebut, para pekerja pada saat istirahat dihibur oleh kesenian ronggeng Banyumas. Sampai sekarang setiap memperingati HUT pabrik Kaligua 1 Juni selalu ditampilkan kesenian tradisional tersebut.seperti terlihat pada gambar,

Konon perkebunan ini didirikan tahun 1899 oleh Cultuur Onderneming di Negeri Belanda. Untuk perwakilan di Indonesia ditunjuk Fan John Pletnu & Co yang berkedudukan di Jakarta. Salah seorang pengusaha bernama De Jong, kemudian ditunjuk untuk mengelola perkebunan teh dan pada tahun 1942 diambil alih oleh penjajah Jepang. Maka tak ayal, jika di lokasi perkebunan teh yang mencapai luas 607,25 Ha itu terdapat gua Jepang, tepatnya di Blok Sirah I yang berjarak satu kilometer dari Kantor Pusat Kebun Kaligua. Pasca kemerdekaan, pada 1958 perkebunan teh ini kemudian dikelola oleh Kodam VII/Diponegoro (kini Kodam IV) bekerja sama dengan PT Sidorejo, Brebes. Produknya 90% untuk ekspor dan 10% untuk lokal. Secara singkat, dalam perkembangan berikutnya, pada tahun 1996 melalui restrukturisasi perkebunan negara pengelolaan kebun teh diserahkan kepada PTP Nusantara IX. Di lokasi perkebunan juga terdapat makam-makam orang-orang yang membuka lokasi kebun antara lain Van Dee Jong, Mbah Joko, Aki Soka, dan Aki Waslim. Selain itu, terdapat mata air yang keluar dari terowongan gua yang disebut Tuk Bening. Konon menurut cerita, sumber air ini menjadi cikal bakal nama Kaligua. Dipercayai sebagian penduduk setempat, air berasal dari mata air Kaligua dapat menjadikan pemakaianya awet muda. (Emang bening banget, segar, sejuk, meresap di pori sampai ke tulang) bisa untuk terapi kalau lagi pen ing akibat stress. Nah semakin sering stress tersembuhkan, berarti mengurangi risiko mati mendadak dong...) mungkin itu logikaku...
Salah satu produk dari perkebuna teh tersebut adalah Teh Hitam, begitu sebutan produk pabrik teh milik PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang terletak di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Dusun Kaligua Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan, Brebes. Bila anda ingin melepas lelah, menghirup udara segar atau sekedar jalan-jalan bersama keluaarga barangkali perkebunan teh Kaligua adalah pilihannya. Pabrik teh Kaligua yang berada di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut dan di sana anda akan dapat harumnya teh tunggu apalagi. Kini telah tersedia Vila di sekitar lokasi pabrik teh. Aku paling suka memandang Vila Amarilis. Apalagi menempati barang semalam. Pasti bergumul dengan dingin dan gigil sepanjang malam. Selimuuutannnn dong.



Ultah Nanggap Ronggeng



Perkebunan teh Kaligua berdiri tahun 1879, pada tahun 1901 mengusung mesin yang pertama kali berupa ketel uap. Ditempuh dengan jalan kaki selama 20 hari dengan jarak 15 kilometer, diikuti oleh group ronggeng dengan gamelan yang dimaksudkan untuk menghibur pada pekerja yang kecapaian. Untuk mengakui kerjasama tersebut secara monumental, setiap ulang tahun pabrik teh Kaligua selalu melengkapi dengan acara nanggap ronggeng yang didatangkan dari Jati Lawang Kabupaten Banyumas.

Sebagai kawasan perkebunan yang terletak di Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Propionsi Jawa Tengah, juga memiliki obyek wisata berupa panorama alam yang indah, sejuk, segar antara lain berupa situs pertapaan Gua Angin Barat, Petilasan Nyi Ronggeng, Mata Air Tuk Bening, Gardu Pandana, Puncak Sakup (Igir Sakub) yang berlokasi di ketinggian 2050 meter dari permukaan air laut serta gua Jepang, makam Van De Jong, disamping pohon teh ajaib.

Sementara bagian operasional wisata agro Kebun Teh Kaligua Marjono menambahkan bahwa telah tersedia fasilitas untuk Out Bond Game, camping rombongan, sewa kendaraan keliling kebundan sewa gedung pertemuan, lapangan tenis serta 5 wisma penginapan untuk para pengunjung



Sejarah Singkat Kebun Kaligua PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero)


Perkebunan teh Kaligua merupakan warisan pemerintahan kolonial Belanda yang terletak di lereng sebelah barat kaki gunung Slamet, di desa Pandansari, Kec. Paguyangan, Kab. Brebes, Jawa Tengah Pabrik dibangun pada tahun 1889 untuk memproses langsung hasil perkebunan menjadi teh hitam. Kebun ini dikelola oleh warga Belanda bernama Van De Jong dengan nama perusahaan Belanda John Fan & Pletnu yang mewakili NV Culture Onderneming.

Dalam perjalanan sesuai dengan kondisi sosial politik dan ekonomi Indonesia serta adanya gejolak perang dunia ke-2 tahun 1942 sampai diakuinya kedaulatan Republik Indonesia sampai dengan sekarang kebun Kaligua mengalami beberapa pergantian nama dan pengelolaannya, yaitu :


Periode Pengelola
1942-1948
Kebun Kaligua diambil alih oleh Jepang, banyak tanaman teh yang rusak dan diganti dengan aneka tanaman pangan
1951-1957 Dikelola perusahaan swasta dari Tegal, tetapi tidak dirawat karena adanya gangguan keamanan berupa pemberontakan DI/TII
1958-1964 Dikelola KODAM VII Diponegoro bekerja sama dengan PT. Sidorejo Brebes dengan hasilnya 90 % untuk ekspor dan 10% untuk lokal
1964-1968 Dikelola oleh Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) aneka tanaman yang berkantor pusat di Semarang
1968-1972 Tanggal 16 April 1968 berubah nama menjadi PPN XVIII
1972-1975 Dengan PP No. 23 tahun 1972 PPN XVIII berubah nama menjadi PTP XVIII (Persero)
1995 Kebun Kaligua digabung dengan kebun Semugih (Kab. Pemalang) dan kantor adminstrasinya berkedudukan di Semugih
1996 Melalui restrukturisasi perkebunan-perkebunan Negara yang tertuang dalam PP No. 14 tahun 1996 tanggal 15 Pebruari 1996, pengelolaan Kebun Semugih Kaligua yang berada di bawah naungan PTP XVIII Persero) dirubah menjadi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang berkantor pusat di Surakarta
1999 sampai sekarang Dengan SK Direksi No. PTPN IX.0/SK/149/1999.SM tanggal 1 Juli 1999 kebun Kaligua dipisah kembali dengan kebun Semugih dan pengelolaannya berdiri sendiri dengan pimpinan seorang Administratur.
Kantor pusat berada di 2 tempat, yaitu
1. Divisi Tanaman Tahunan Jl. Mugas Dalam (Atas) Semarang
2. Divisi Tanaman Semusim Jl. Ronggowarsito No. 164 Surakarta

Sejarah gua jepang
Merupakan gua peninggalan Jepang dengan ukuran panjang 1 km dan lebar 1,5 meter perkebunan teh yang cukup luas di sebelah timur, tampak mulut gua, tidak sulit untuk menemukan gua Jepang, karena terdapat papan penunjuk arah yang akan menuntun kita menuju tempat ini.



Gua Jepang dibangun pada tahun 1941 hingga 1942 oleh Jepang dengan mempekerjakan masyarakat setempat. Jepang mewajibkan perwakilan pemuda dari desa terdekat untuk membangun gua, kerja paksa tersebut dinamakan dengan Romusha. Pemuda yang diwajibkan Romusha antara lain dari desa Kaligua, Kalikidang, Gronggongan, Taman, dan Pandansari. Pekerjaan ini sangat melelahkan dan imbalannya tidak sebanding dengan keringat yang diteteskan. Mereka hanya dibayar 5 sen sehari, tanpa makan dan minum bahkan tidak ada waktu istirahat.
Gua Jepang dibangun dengan tujuan untuk melindungi Jepang dari serangan musuh. Selain membangun gua, Jepang juga melakukan kegiatan semacam perdagangan yang disebut Delimit. Delimit adalah pembelian barang dari para petani dengan harga yang sangat murah. Para petani dipaksa untuk menjual hasil panen kepada Jepang dengan harga yang sudah ditentukan oleh pihak Jepang. Delimit ini sangat merugikan bagi para petani. Hasil panen yang sudah dibeli dengan cara delimit ditimbun oleh Jepang di dalam gua sebagai cadangan makanan jika sewaktu-waktu musuh menyerang.
Setelah Indonesia merdeka, kemudian timbunan makanan dan pakaian di dalam gua diambil para petani yang sudah dirugikan. Untuk mengenang tersebut warga setempat menjaga keutuhan gua tersebut, dan hingga sekarang masih berdiri kokoh dan dinamakan Gua Jepang. Sekarang tempat tersebut menjadi salah satu obyek wisata di Kaligua. Jika ada pengunjung yang ingin masuk ke dalam gua harus diantar oleh seorang pemandu.
FASILITAS


Kawasan wisata agro Kaligua memberikan banyak pilihan untuk wisata. Sebab, terdapat beberapa situs wisata menarik yang berada di seputaran Kaligua. misalnya Gua Jepang, Tuk Benih, Gua Angin, Makam Pendiri kebun Van De Jong. Beberapa vila milik perkebunan bisa dimanfaatkan oleh pengunjung yang ingin bermalam. Kawasan perkebunan teh Kaligua, selain menarik untuk sarana wisata keluarga, juga sangat cocok untuk refreshing bagi orang kota yang setiap hari disibukkan oleh rutinitas kerja. Untuk melayani wisatawan, pihak perkebunan menyediakan fasilitas homestay (penginapan) yang cukup baik.

Fasilitas ; penginapan, wisma Flamboyan (6 kamar),Wisma Dahlia (3 kamar), Wisma Kenanga (2 kamar),Wisma Anggrek (2 kamar), Gedung Pertemuan, Areal Camping,Areal outbond, Gazebo, Lapangan Sepak Bola, Lapangan Tenis, Lapangan Volley, Tennis Meja & Billyard, Tea & Coffee corner (kafe), Hiburan Musik Orgen Tunggal, Jasa Layanan Teh & Catering, Pusat Layanan Kesehatan, Sarana Ibadah
Penunjang
Tak jauh dari lokasi tersebut, di sekitar Pandansari, terdapat sebuah tempat wisata yang tergolong langka. Yakni, sebuah telaga yang dihuni jutaan ikan lele jinak (Telaga Ranjeng). Lokasi telaga itu berada di tengah hutan lindung dan masih berada dalam pengawasan Cagar Alam Nasional.

Paket Wisata :
1. Wisata Edukasi/ilmiah ; perkebunan teh, budiadaya, persiapan benih, pemeliharaan, panen, pengolahan pabrik, produk siap seduh. Umumnya para pelajar dan mahasiswa sering berkunjung ke Pabrik untuk melihat langsung budidaya teh dan proses pengolahan teh.
2. Wisata Rekreasi Keluarga (Family gathering) dilengkapi taman bermain anak, kolam renang air hangat untuk anak-anak. Umumnya pada hari libur nasional dan hari minggu banyak yang berkunjung ke kebun teh dan danau renjeng.

3. Wisata historis/budaya.
4. Wisata Petualangan ; permainan & outbond dapat juga sebagai pos awal pendakian menuju gunung Slamet. Setiap musim liburan sekolah banyak para siswa yang mengadakan kegiatan kemah, sekaligus outbound. Disamping itu karyawan perusahaan swasta di wilayah Brebes, Tegal, Cirebon, dan Purwokerto juga mengadakan corporate gathering. Perusahaan swasta besar dari Jakarta juga pernah mengadakan pertemuan di kebun Kaligua
5. Wisata bisnis ; MICE (Meeting, conference, incentif, exhibition)
6. Wisata kebun (stroberi, kubis, kentang, tanaman hias)
7. Wisata olahraga (tennis, sepak bola, bola voli, billyard)
Keadaan Umum Kebun Kaligua
Kebun Kaligua terletak di antara 108,30’ – 109,30’ Bujur timur dan 6,30’-7,30’ Lintang Selatan. Memiliki topografi landai, miring sampai berbukit-bukit, suhu udara minimum 2º C, suhu udara maksimum 31º C, suhu udara rata-rata 18ºC, dengan curah hujan yang cukup tinggi.

Kebun Kaligua merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar 1500 m – 2050 m dpl. Beriklim lembab dengan kelembaban sekitar 70-90%. Jenis tanah andosol yang mudah menyerap air dengan keasaman tanah (PH) normal 4,5-5,5.

Jarak dari Kebun Kaligua ke Beberapa Kota Sekitarnya
1. Kaligua – kota kecamatan Paguyangan 18 km
2. Kaligua – Bumiayu 20 km
3. Kaligua – kab. Brebes 95 km
4. Kaligua – Purwokerto 50 km
5. Kaligua – Semarang 264 km