Minggu, 08 Juli 2012

Adisana, Bumiayu

Desa Adisana adalah salah satu kelurahan yang berada di Bumiayu. Yang termasuk dalam kelurahan Adisana adalah Blere, Gelempang, Karang pucung, Adisana, Dukuh kweni, Baruamba, Sidamukti. Sebagian besar penduduk Kelurahan Adisana memiliki mata pencaharian bertani dan berdagang. Konon dahulu kelurahan ini merupakan penghasil Buah duku, akan tetapi lambat tahun pohon duku semakin punah, hanya beberapa yang tersisa.
Secara geografis kelurahan Adisana terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama wilayah yang berada di dataran rendah : Dukuh Blere, Gelempang, Adisana sebagian besar masyarakat di desa ini hidup dari bertani. Bagian yang berada di dataran rendah adalah Karang pucung, Dukuh Kweni, Baruamba, Barulutung, Sidamukti sebagian besar memiliki profesi berdagang.
Desa Baruamba terlihat sangat menyolok kehidupan ekonominya di banding desa lainnya. Umumnya masyarakat di desa ini hidup dari berdagang seperti : Kelapa, padi, singkong, buah-buahan, dan berdagang ayam kampung.

Beda dengan Baruamba, masyarakat desa Adisana dan Blere selain hidupnya dari bertani, mereka lebih memilih menjadi Guru, PNS, buruh di pasar dan hanya sebagian kecil saja yang berdagang.

Blere yang notabene kampung kelahiranku, keadaan ekonominya jauh tertinggal di banding Desa Baruamba. Padahal Dukuh Blere letaknya paling dekat dengan sentra ekonomi (Bumiayu). Jelas perbedaan ini disebabkan dari latar belakang cara mencari riszki. Baruamba umumya masyarakat nya berdagang jadi sudah tentu perputaran uang di kampung ini jauh lebih cepat di banding Blere yang mengandalkan gaji bulanan. Ironis memang kampung dekat pusat ekonomi tapi teringgal masalah ekonominya…

Pasar Wage Bumiayu



Pasar wage, demikian masyarakat Bumiayu Brebes menyebutnya. Keberadaan pasar yang ada hanya setiap wage (salah satu nama hari, dalam pasaran jawa) ini memang begitu spesial bagi warga. Tak hanya untuk warga di kecamatan Bumiayu, setiap wagenya ratusan warga dari kecamatan lainnya, seperti Paguyangan, Bantarkawung, Tonjong dan Sirampog tak ketinggalan untuk ambil bagian. dan tak hanya orang tua, di hari libur tidak sedikit anak-anak yang bersliweran di pasar ini.
Ya, inilah Pasar wage yang terkadang disebut pasar murah oleh sebagian masyarakat. Penyebutan ini bukan tanpa alasan. Untuk beberapa komiditas tertentu seperti kaos, jaket, celana, perabot rumah tangga, harga dipasar ini memang boleh diadu murahnya. Meski tak jarang miringnya harga disepadankan dengan kualitas barang itu sendiri.
Pasar wage memang begitu unik, ditengah maraknya aksi bangun supermarket dan minimarket di Bumiayu, pasar tradisional ini tetap berjaya, menyedot animo masyarakat untuk berbelanja. Dengan ciri khas ‘tawar-menawarnya’ pasar ini telah menjadi perhatian tersendiri untuk masyarakat. Pasar yang sejatinya untuk ‘dagang ternak’ ini telah jauh berkembang tujuan asal pendiriannya.
Namun tentu, berdirinya pasar ini bukannya tanpa masalah. banyaknya lapak pedagang tak jarang memacetkan lalu lintas. Lapak yang berterbaran di sepanjang jalan menuju desa Laren ini, menggerus badan jalan menjadikannya lebih sempit.
Pun demikian, dengan segala yang dimilikinya. Pasar wage tetap sangat dinanti.

Wisata Kali Gua

 
Perkebunan teh Kaligua merupakan kawasan wisata agro dataran tinggi yang terletak Kaligua di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, kab. Brebes, Jawa Tengah. Tepatnya di wilayah Brebes bagian Selatan. Wisata agro Kaligua dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Jawa Tengah dan merupakan diversifikasi usaha untuk

meningkatkan optimalisasi aset perusahaan dengan daya dukung potensi alam yang indah. Hasil pengolahan perkebunan teh Kaligua adalah berupa produk hilir teh hitam (black tea) dengan merk “Kaligua” dalam kemasan teh celup dan serbuk. Jadi wisatawan yang berkunjung dapat langsung menikmati hangatnya teh hitam (black tea) Kaligua atau dapat membeli sebagai oleh-oleh.seperti terlihat pada gambar:

Aksesibilitas Lokasi wisata agro Kaligua terletak sekitar 10 kilometer dari arah kota Kecamatan Paguyangan, atau sekitar 15 kilometer dari Bumiayu. Jalur transportasi dapat ditempuh melalui jalur utara via Brebes atau Tegal-Bumiayu-Kaligua, Cirebon-Bumiayu-Kaligua, dan jalur selatan via Purwokerto-Paguyangan-Kaligua. Jalur tersebut dilewati jalan utama Tegal-Purwokerto, tepat masuk lewat pertigaan Kaligua, Kretek. Perjalanan mulai berkelok-kelok, dan naik-turun.
Geografis

Perkebunan teh Kaligua berada pada ketinggian 1200 - 2050 m dpl. Kondisi udara sanagt dingin, berkisar 8-22 C pada musim penghujan dan mencapai 4-12 C pada musim kemarau. Jadi tidak heran kalau wilayah perkebunan teh ini hampir selalu diselimuti kabut tebal. Perkebunan teh tersebut terletak di lereng barat gunung Slamet (3432 m dpl)yang merupakan gunung tertinggi kedua di pulau jawa setelah gunung Semeru. Dari salah satu tempat di perkebunan teh Kaligua kita dapat menikmati keindahan puncak gunung Slamet dari dekat, yaitu puncak Sakub. Nah jika ke Kaligua maka sempatkanlah untuk menikmati keindahan panorama indah, sekaligus kita dapat melihat keindahan gunung Ciremai, Tegal, dan Cilacap.
Sejarah
Perkebunan teh Kaligua merupakan warisan pemerintahan kolonial Belanda. Pabrik dibangun pada tahun 1889 untuk memproses langsung hasil perkebunan menjadi teh hitam. Kebun ini dikelola oleh warga Belanda bernama Van De Jong dengan nama perusahaan Belanda John Fan & Pletnu yang mewakili NV Culture Onderneming. Sebagai penghargaan makam Van De Jong masih terawat sampai saat ini di lokasi kebun Kaligua.

Konon pada saat pembanguan pabrik, para pekerja membawa ketel uap dari Paguyangan menuju Kaligua ditempuh dalam waktu 20 hari. Peralatan tersebut dibawa dengan rombongan pekerja yang berjalan kaki naik sepanjang 17 km. Selama proses pengangkutan tersebut, para pekerja pada saat istirahat dihibur oleh kesenian ronggeng Banyumas. Sampai sekarang setiap memperingati HUT pabrik Kaligua 1 Juni selalu ditampilkan kesenian tradisional tersebut.seperti terlihat pada gambar,

Konon perkebunan ini didirikan tahun 1899 oleh Cultuur Onderneming di Negeri Belanda. Untuk perwakilan di Indonesia ditunjuk Fan John Pletnu & Co yang berkedudukan di Jakarta. Salah seorang pengusaha bernama De Jong, kemudian ditunjuk untuk mengelola perkebunan teh dan pada tahun 1942 diambil alih oleh penjajah Jepang. Maka tak ayal, jika di lokasi perkebunan teh yang mencapai luas 607,25 Ha itu terdapat gua Jepang, tepatnya di Blok Sirah I yang berjarak satu kilometer dari Kantor Pusat Kebun Kaligua. Pasca kemerdekaan, pada 1958 perkebunan teh ini kemudian dikelola oleh Kodam VII/Diponegoro (kini Kodam IV) bekerja sama dengan PT Sidorejo, Brebes. Produknya 90% untuk ekspor dan 10% untuk lokal. Secara singkat, dalam perkembangan berikutnya, pada tahun 1996 melalui restrukturisasi perkebunan negara pengelolaan kebun teh diserahkan kepada PTP Nusantara IX. Di lokasi perkebunan juga terdapat makam-makam orang-orang yang membuka lokasi kebun antara lain Van Dee Jong, Mbah Joko, Aki Soka, dan Aki Waslim. Selain itu, terdapat mata air yang keluar dari terowongan gua yang disebut Tuk Bening. Konon menurut cerita, sumber air ini menjadi cikal bakal nama Kaligua. Dipercayai sebagian penduduk setempat, air berasal dari mata air Kaligua dapat menjadikan pemakaianya awet muda. (Emang bening banget, segar, sejuk, meresap di pori sampai ke tulang) bisa untuk terapi kalau lagi pen ing akibat stress. Nah semakin sering stress tersembuhkan, berarti mengurangi risiko mati mendadak dong...) mungkin itu logikaku...
Salah satu produk dari perkebuna teh tersebut adalah Teh Hitam, begitu sebutan produk pabrik teh milik PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang terletak di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Dusun Kaligua Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan, Brebes. Bila anda ingin melepas lelah, menghirup udara segar atau sekedar jalan-jalan bersama keluaarga barangkali perkebunan teh Kaligua adalah pilihannya. Pabrik teh Kaligua yang berada di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut dan di sana anda akan dapat harumnya teh tunggu apalagi. Kini telah tersedia Vila di sekitar lokasi pabrik teh. Aku paling suka memandang Vila Amarilis. Apalagi menempati barang semalam. Pasti bergumul dengan dingin dan gigil sepanjang malam. Selimuuutannnn dong.



Ultah Nanggap Ronggeng



Perkebunan teh Kaligua berdiri tahun 1879, pada tahun 1901 mengusung mesin yang pertama kali berupa ketel uap. Ditempuh dengan jalan kaki selama 20 hari dengan jarak 15 kilometer, diikuti oleh group ronggeng dengan gamelan yang dimaksudkan untuk menghibur pada pekerja yang kecapaian. Untuk mengakui kerjasama tersebut secara monumental, setiap ulang tahun pabrik teh Kaligua selalu melengkapi dengan acara nanggap ronggeng yang didatangkan dari Jati Lawang Kabupaten Banyumas.

Sebagai kawasan perkebunan yang terletak di Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Propionsi Jawa Tengah, juga memiliki obyek wisata berupa panorama alam yang indah, sejuk, segar antara lain berupa situs pertapaan Gua Angin Barat, Petilasan Nyi Ronggeng, Mata Air Tuk Bening, Gardu Pandana, Puncak Sakup (Igir Sakub) yang berlokasi di ketinggian 2050 meter dari permukaan air laut serta gua Jepang, makam Van De Jong, disamping pohon teh ajaib.

Sementara bagian operasional wisata agro Kebun Teh Kaligua Marjono menambahkan bahwa telah tersedia fasilitas untuk Out Bond Game, camping rombongan, sewa kendaraan keliling kebundan sewa gedung pertemuan, lapangan tenis serta 5 wisma penginapan untuk para pengunjung



Sejarah Singkat Kebun Kaligua PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero)


Perkebunan teh Kaligua merupakan warisan pemerintahan kolonial Belanda yang terletak di lereng sebelah barat kaki gunung Slamet, di desa Pandansari, Kec. Paguyangan, Kab. Brebes, Jawa Tengah Pabrik dibangun pada tahun 1889 untuk memproses langsung hasil perkebunan menjadi teh hitam. Kebun ini dikelola oleh warga Belanda bernama Van De Jong dengan nama perusahaan Belanda John Fan & Pletnu yang mewakili NV Culture Onderneming.

Dalam perjalanan sesuai dengan kondisi sosial politik dan ekonomi Indonesia serta adanya gejolak perang dunia ke-2 tahun 1942 sampai diakuinya kedaulatan Republik Indonesia sampai dengan sekarang kebun Kaligua mengalami beberapa pergantian nama dan pengelolaannya, yaitu :


Periode Pengelola
1942-1948
Kebun Kaligua diambil alih oleh Jepang, banyak tanaman teh yang rusak dan diganti dengan aneka tanaman pangan
1951-1957 Dikelola perusahaan swasta dari Tegal, tetapi tidak dirawat karena adanya gangguan keamanan berupa pemberontakan DI/TII
1958-1964 Dikelola KODAM VII Diponegoro bekerja sama dengan PT. Sidorejo Brebes dengan hasilnya 90 % untuk ekspor dan 10% untuk lokal
1964-1968 Dikelola oleh Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) aneka tanaman yang berkantor pusat di Semarang
1968-1972 Tanggal 16 April 1968 berubah nama menjadi PPN XVIII
1972-1975 Dengan PP No. 23 tahun 1972 PPN XVIII berubah nama menjadi PTP XVIII (Persero)
1995 Kebun Kaligua digabung dengan kebun Semugih (Kab. Pemalang) dan kantor adminstrasinya berkedudukan di Semugih
1996 Melalui restrukturisasi perkebunan-perkebunan Negara yang tertuang dalam PP No. 14 tahun 1996 tanggal 15 Pebruari 1996, pengelolaan Kebun Semugih Kaligua yang berada di bawah naungan PTP XVIII Persero) dirubah menjadi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang berkantor pusat di Surakarta
1999 sampai sekarang Dengan SK Direksi No. PTPN IX.0/SK/149/1999.SM tanggal 1 Juli 1999 kebun Kaligua dipisah kembali dengan kebun Semugih dan pengelolaannya berdiri sendiri dengan pimpinan seorang Administratur.
Kantor pusat berada di 2 tempat, yaitu
1. Divisi Tanaman Tahunan Jl. Mugas Dalam (Atas) Semarang
2. Divisi Tanaman Semusim Jl. Ronggowarsito No. 164 Surakarta

Sejarah gua jepang
Merupakan gua peninggalan Jepang dengan ukuran panjang 1 km dan lebar 1,5 meter perkebunan teh yang cukup luas di sebelah timur, tampak mulut gua, tidak sulit untuk menemukan gua Jepang, karena terdapat papan penunjuk arah yang akan menuntun kita menuju tempat ini.



Gua Jepang dibangun pada tahun 1941 hingga 1942 oleh Jepang dengan mempekerjakan masyarakat setempat. Jepang mewajibkan perwakilan pemuda dari desa terdekat untuk membangun gua, kerja paksa tersebut dinamakan dengan Romusha. Pemuda yang diwajibkan Romusha antara lain dari desa Kaligua, Kalikidang, Gronggongan, Taman, dan Pandansari. Pekerjaan ini sangat melelahkan dan imbalannya tidak sebanding dengan keringat yang diteteskan. Mereka hanya dibayar 5 sen sehari, tanpa makan dan minum bahkan tidak ada waktu istirahat.
Gua Jepang dibangun dengan tujuan untuk melindungi Jepang dari serangan musuh. Selain membangun gua, Jepang juga melakukan kegiatan semacam perdagangan yang disebut Delimit. Delimit adalah pembelian barang dari para petani dengan harga yang sangat murah. Para petani dipaksa untuk menjual hasil panen kepada Jepang dengan harga yang sudah ditentukan oleh pihak Jepang. Delimit ini sangat merugikan bagi para petani. Hasil panen yang sudah dibeli dengan cara delimit ditimbun oleh Jepang di dalam gua sebagai cadangan makanan jika sewaktu-waktu musuh menyerang.
Setelah Indonesia merdeka, kemudian timbunan makanan dan pakaian di dalam gua diambil para petani yang sudah dirugikan. Untuk mengenang tersebut warga setempat menjaga keutuhan gua tersebut, dan hingga sekarang masih berdiri kokoh dan dinamakan Gua Jepang. Sekarang tempat tersebut menjadi salah satu obyek wisata di Kaligua. Jika ada pengunjung yang ingin masuk ke dalam gua harus diantar oleh seorang pemandu.
FASILITAS


Kawasan wisata agro Kaligua memberikan banyak pilihan untuk wisata. Sebab, terdapat beberapa situs wisata menarik yang berada di seputaran Kaligua. misalnya Gua Jepang, Tuk Benih, Gua Angin, Makam Pendiri kebun Van De Jong. Beberapa vila milik perkebunan bisa dimanfaatkan oleh pengunjung yang ingin bermalam. Kawasan perkebunan teh Kaligua, selain menarik untuk sarana wisata keluarga, juga sangat cocok untuk refreshing bagi orang kota yang setiap hari disibukkan oleh rutinitas kerja. Untuk melayani wisatawan, pihak perkebunan menyediakan fasilitas homestay (penginapan) yang cukup baik.

Fasilitas ; penginapan, wisma Flamboyan (6 kamar),Wisma Dahlia (3 kamar), Wisma Kenanga (2 kamar),Wisma Anggrek (2 kamar), Gedung Pertemuan, Areal Camping,Areal outbond, Gazebo, Lapangan Sepak Bola, Lapangan Tenis, Lapangan Volley, Tennis Meja & Billyard, Tea & Coffee corner (kafe), Hiburan Musik Orgen Tunggal, Jasa Layanan Teh & Catering, Pusat Layanan Kesehatan, Sarana Ibadah
Penunjang
Tak jauh dari lokasi tersebut, di sekitar Pandansari, terdapat sebuah tempat wisata yang tergolong langka. Yakni, sebuah telaga yang dihuni jutaan ikan lele jinak (Telaga Ranjeng). Lokasi telaga itu berada di tengah hutan lindung dan masih berada dalam pengawasan Cagar Alam Nasional.

Paket Wisata :
1. Wisata Edukasi/ilmiah ; perkebunan teh, budiadaya, persiapan benih, pemeliharaan, panen, pengolahan pabrik, produk siap seduh. Umumnya para pelajar dan mahasiswa sering berkunjung ke Pabrik untuk melihat langsung budidaya teh dan proses pengolahan teh.
2. Wisata Rekreasi Keluarga (Family gathering) dilengkapi taman bermain anak, kolam renang air hangat untuk anak-anak. Umumnya pada hari libur nasional dan hari minggu banyak yang berkunjung ke kebun teh dan danau renjeng.

3. Wisata historis/budaya.
4. Wisata Petualangan ; permainan & outbond dapat juga sebagai pos awal pendakian menuju gunung Slamet. Setiap musim liburan sekolah banyak para siswa yang mengadakan kegiatan kemah, sekaligus outbound. Disamping itu karyawan perusahaan swasta di wilayah Brebes, Tegal, Cirebon, dan Purwokerto juga mengadakan corporate gathering. Perusahaan swasta besar dari Jakarta juga pernah mengadakan pertemuan di kebun Kaligua
5. Wisata bisnis ; MICE (Meeting, conference, incentif, exhibition)
6. Wisata kebun (stroberi, kubis, kentang, tanaman hias)
7. Wisata olahraga (tennis, sepak bola, bola voli, billyard)
Keadaan Umum Kebun Kaligua
Kebun Kaligua terletak di antara 108,30’ – 109,30’ Bujur timur dan 6,30’-7,30’ Lintang Selatan. Memiliki topografi landai, miring sampai berbukit-bukit, suhu udara minimum 2º C, suhu udara maksimum 31º C, suhu udara rata-rata 18ºC, dengan curah hujan yang cukup tinggi.

Kebun Kaligua merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar 1500 m – 2050 m dpl. Beriklim lembab dengan kelembaban sekitar 70-90%. Jenis tanah andosol yang mudah menyerap air dengan keasaman tanah (PH) normal 4,5-5,5.

Jarak dari Kebun Kaligua ke Beberapa Kota Sekitarnya
1. Kaligua – kota kecamatan Paguyangan 18 km
2. Kaligua – Bumiayu 20 km
3. Kaligua – kab. Brebes 95 km
4. Kaligua – Purwokerto 50 km
5. Kaligua – Semarang 264 km

Cara Membuat Mendoan


Pagenjahan adalah sebuah desa kecil yang termasuk dalam wilayah kelurahan Kalierang Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Rata - rata penduduk desa Pagenjahan adalah petani. Sebagian penduduk memiliki kegiatan berupa: produksi Emping Mlinjo, Tempe, dll. Pembuatan Emping Mlinjo menjadi kegiatan yang hampir merata di setiap rumah, sehingga desa Pagenjahan terkenal sebagai sentra produksi Emping Mlinjo. Selain Emping Mlinjo sebagian penduduk juga memproduksi tempe, yang banyak diolah menjadi berbagai jenis makanan, baik digoreng, dibacem maupun disayur dan dicampurkan pada masakan lain. Salah satunya adalah dibuat menjadi Mendoan.

Mendoan adalah sejenis masakan yang terbuat dari tempe yang tipis, dan digoreng dengan adonan tepung sehingga rasanya gurih dan nikmat. Umumnya di wilayah Pagenjahan , mendoan dibuat dari tempe biasa yang diiris tipis-tipis namun lebar. tetapi mendoan juga dapat dibuat dari jenis tempe bungkus yang lebar tipis, satu atau dua lembar perbungkus. Dalam membuat gorengan tempe harus kering, tetapi untuk membuat tempe mendoan yang lebih nikmat adalah tidak terlalu kering. Lebih nikmat tempe mendoan ini di makan rame-rame Enak disantap saat masih hangat, apalagi makannya pake cabe rawit.
Bahan Utama untuk membuat Mendoan adalah Tempe, bias juga dicampur dengan Dage. Jadi ada Mendoan Tempe dan Mendoan Dage.
Tempe adalah Produk yang dihasilkan melalui proses bioteknologi sederhana (fermentasi) Makanan tradisional yang sangat populer di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat Jawa, dan ditengarai sudah ada sejak masa pemerintahan Sultan Agung, tahun 1600-an Tempe itu bisa disayur, bisa pula digoreng dengan tepung.
Bahan baku tempe umumnya kedelai, namun selain itu, dikenal juga bahan-bahan baku lainnya, seperti:
1 . Ampas kelapa untuk membuat Dage
Dage adalah makanan sebagai varian tempe dengan campuran material kelapa. Dage pada umumnya makan makanan kecil atau sarapan yang ditemani oleh cabai rawit . Makanan ini biasanya dijual dengan cara digoreng dage bersama dengan menggoreng makanan lainnya seperti Mendoan Tempe, pisang goreng, goreng ubi dan lain-lain . Pembuatannya tak jauh berbeda dari pembuatan tempe kedelai. Dibersihkan,dikukus, lalu diberi laru agar terjadi fermentasi. Tempe jenis ini umumnya bisa disayur, bisa pula digoreng dengan tepung.Di pasar-pasar, penjual menjajakan dage mentah. Di warung-warung, dage goreng disajikan berdampingan dengan gorengan lain seperti pisang, ketela, mendoan, dan tahu
2. ampas tahu untuk membuat tempe gembus, randem
Tempe Gembus atau Randem merupakan tempe yang dibuat dari ampas tahu, kadang-kadang dicampur dengan dedak halus/ampas kelapa segar. Seperti diketahui, tahu dibuat dari sari kedelai yang telah digiling secara basah, kemudian disaring dan diperas. Ampas sisa proses penyaringan dan pemerasan tersebutlah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe gembus atau Randem/Kempong. Bahan tersebut masih kaya akan minyak, sehingga mempunyai rasa gurih. Meski berasal dari ampas tahu
3. ampas kacang untuk membuat tempe bongkrek
4. biji kecipir untuk membuat tempe kecipir,
5. biji petai cina jenis lamtoro untuk membuat tempe mlanding / tempe lamtoro
6. biji benguk untuk membuat tempe benguk.
Namun di antara semua jenis bahan itu, tampaknya, tempe kedelai lah yang paling digemari masyarakat.
Fermentasi pada tempe kedelai dapat menghilangkan bau langu dari kedelai yang disebabkan oleh aktivitas dari enzim lipoksigenase. Jamur yang berperanan dalam proses fermentasi tersebut adalah Rhizopus oligosporus. Secara kuantitatif, nilai gizi tempe sedikit lebih rendah daripada nilai gizi kedelai. Namun secara kualitatif nilai gizi tempe lebih tinggi karena tempe mempunyai nilai cerna yang lebih baik. Hal ini disebabkan kadar protein yang larut dalam air akan meningkat akibat aktivitas enzim proteolitik.
Proses Pembuatan tempe tidak memerlukan tempat khusus, hanya membutuhkan tempat yang cukup luas. Dalam pembuatan tempe yang diperlukan adalah bahan utama yaitu kedelai yang berkwalitas baik Selain bahan, diperlukan perlatan yang bersifat sederhana berupa panci besar atau Drum untuk merebus, kemudian Widig / anyaman dari bambu , untuk menampung kedelai yang siap dibungkus
Proses Pembuatan Tempe
 Bahan :
1.Kedelai
2.Ragi tempe / laru
3.daun pisang atau plastik
 cara :
1. Pertama kedelai dimasak / digodok dalam air sampai mendidih dan matang / lunak. Kemudian Cuci kedelai tersebut sampai bersih
2.langkah berikutnya mengupas kulitnya sehingga tampak putih bersih
3. Selanjutnya bilaslah kedelai tersebut dengan air bersih dan biarkan beberapa saat supaya airnya tuntas dan kedelai jadi kering
4.Jika kedelai sudah kering taburilah dengan ragi tempe sampai rata kemudian dibungkus dengan daun pisang atau plastik yang dilubangi lalu diletakkan di atas widig / anyaman bambu di tempat yang teduh dan lembab selama kurang lebih 3 hari
5.Jika selama penyimpanan tersebut keluar jamur – jamur agak lembut dan warnanya kelabu maka berarti pembuatan tempe sudah jadi
Cara Membuat Mendoan :
Sebelum membuat mendoan, harus disiapkan dulu adonannya.Bahan untuk membuat adonan yaitu
• 300 g tempe/ dage, iris lebar tipis 10x15 cm
• tepung terigu protein sedang 100 gram
• tepung beras 75 gram
• air/santan 300 ml
Bumbu Halus Adonan Dasar Mendoan :
• bawang putih 2 siung/kemiri 2 butir
• kunyit 1/2 cm
• ketumbar 1/4 sendok teh
• garam secukupnya
• minyak goreng
Haluskan:
• 2 siung bawang putih
• 1 butir bawang merah
• 1 sdt ketumbar
• ½ sdt merica butiran
• 2 sdt garam
Cara :
• Aduk tepung dengan bumbu halus, daun bawang, dan air hingga rata.
• Celupkan tiap potongan tempe dalam adonan tepung.
• Goreng dalam minyak panas dan banyak hingga adonan tepung membeku tetapi belum mengeras ( Mendo ), matang tetapi tidak kuning atau kering. Angkat, tiriskan.
• Sajikan hangat dengan cabe atau sambal kecap rawit.

Mengenal Kab Brebes








Letak Geografis
1. Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara Barat dari Provinsi Jawa Tengah, dan terletak diantara :
- Bujur Timur : 108 derajat 41'37,7" – 109 derajat 11'28,92"
- Lintang Selatan : 6 derajat 44'56'5" – 7 derajat 20'51,48
Dengan batas-batas sebagai berikut :


- Sebelah Utara : Laut Jawa
- Sebelah Timur : Kabupaten dan Kota Tegal
- Sebelah Selatan : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap
- Sebelah Barat : Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon
2. Ketinggian dari permukaan laut kurang lebih 3 meter ( Ibu kota Kab. Brebes )
3. Jarak Terjauh :
- Utara s/d Selatan : 58 km
- Barat s/d Timur : 50 km
4. Luas Daerah Kabupaten Brebes 116.117 ha yang terdiri sebagai berikut :
A. Lahan sawah : 66,476 ha

- Berpengairan Teknis : 29,234 ha
- Berpengairan Setengah Teknis : 11.356 ha
- Berpengairan Sederhana : 10.489 ha
- Tadah Hujan : 15.397 ha
B. Lahan Pertanian Bukan sawah : 44,643 ha
C. Hutan Negara : 48,574 ha
D. Perkebunan Negara / swasta : 1,279 ha
E. Lainnya ( Jalan, Kuburan ) : 5,243 ha

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN

1. Asal Mula Nama Brebes
Menurut luas wilayah, Brebes merupakan kabupaten terbesar nomor tiga setelah kabupaten Wonogiri dan Cilacap di Jawa Tengah atau seluas 1.657,73 km²,
Dalam riwayat perkembangannya semenjak dahulu kala merupakan daerah yang mempunyai banyak air dan sering tergenang air, sedang bentuk masyarakatnya ramah tamah dan berpandangan kedepan kea rah kemajuan jaman.
Dari sumber yang dapat diketemukan, pada tahun 1640 / 1641, nama Brebes itu sudah mulai tercantum di dalam penulisan / laporan / daftar harian yang dibuat oleh VOC.

Ada beberapa pendapat mengenai asal muasal nama Brebes, yaitu :
a. Yang pertama mencoba menghubungkannya dengan keadaan alamiah daerah Brebes
yang pada awal mulanya konon mempunyai banyak air dan sering tergenang air,
bahkan ada kemungkinan masih berupa rawa-rawa. Mengingat banyak air yang
merembes,
Munculah kemudian nama Brebes, yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi
Brebes.
b. Pendapat kedua mencoba mengkaitkan dengan masuknya agama Islam pada awal
mulanya ke Brebes, yang sekalipun dihalang-halangi namun ternyata masih juga
merembes, yang selanjutnya berubah menjadi Brebes.
c. Pendapat yang ketiga mencoba menerangkan asal muasal nama Brebes dari kata-kata
"bara" dan "basah".
"Bara" berarti hamparan tanah datar yang luas, sedang "basah" berarti banyak
mengandung air. Kedua-duanya cocok dengan keadaan daerah Brebes, yang kecuali
merupakan air. Kedua-duanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang kacuali
merupakan dataran luas, juga mengandung banyak air, karena perkataan "BARA"
diucapkan "BERE", sedang "BASAH" diucapkan "BESAH", pada akhirnya lahirlah
perkataan "BERE BESAH", yang untuk mudahnya kemudian telah berubah menjadi
BREBES.
d. Pendapat keempat, mencoba mengkaitkan dengan nama sebuah gunung yang terletak
antara Bantarkawung – salem yang bernama "BARIBIS" dari gunung Baribis tersebut
mengalir sungai "Baribis" yang mengalir melalui dataran bagian utara bermuara di
laut Jawa dan setelah bergabung dengan aliran sungai-sungai yang lain merupakan
sungai besar dipantai utara Jawa. Sungai Baribis ini, pada jaman dulu dianggap
sebagai sungai yang bertuah dan konon sungai tersebut juga banyak buayanya.
Orang-orang pada saat itu banyak yang melarang anak cucunya untuk datang,
menyeberangi, mandi dan sebagainya disungai tersebut. Terlebih dalam saat berperang
orang tua selalu memberikan peringatan-peringatan yang melarang melangkahi
/menyeberangi sungai tersebut.
Untuk meyakinkan hal ini, maka terungkaplah sebuah legenda tentang perang Arya
Bangah dengan Ciyung Wanara. Akibat menyeberangi sungai Baribis tersebut, Arya
Bangah mengalami kekalahan.
Dari kepercayaan akan hal tersebut maka sungai Baribis itu dijadikan peringatan agar
jangan sampai pada saat berperang menyeberangi sungai tersebut.
Karena sungai Baribis menjadi larangan dari kaum tua, maka sungai Baribis dikenal
sebagai larangan, atau sungai pepali atau pemali, yang berarti larangan ata Pepalang.
Jadi dahulu menurut tutur beberapa orang tua di daerah Brebes selatan sungai Pemali
itu semula bernama sungai Baribis yang bermata air dari gunung Baribis.
Kemungkinan itu sebabnya, daerah ini disebut daerah Baribis, yaitu daerah aliran
sungai Baribis dan dari kata Baribis ini menjadi Brebes.

e. Pendapat kelima mencoba mengkaitkan bahasa Jawa dari perkataan Brebes atau
Mrebes berarti tansah metu banyune artinya selalu keluar airnya dan nama ini telah
lahir, mengingat pada awal mula sejarahnya, keadaan lahan di kawasan kota Brebes
sekarang ini memang selalu keluar airnya.
2. Sejarah Berdirinya Kabupaten Brebes
Setelah kita mendapatkan petunjuk bahwa Tumenggung Arya Suralaya adalah Bupati Brebes yang pertama , untuk menetapkan Hari Jadi Kabupaten Brebes tentunya kita masih harus mengetahui kapan Tumenggung Arya Suralaya ditetapkan / dilantik sebagai bupati itu.
Sejarah mencatat Tragedi gugurnya Adipati Arya Martalaya Bupati Tegal, terjadi di Jepara pada tanggal 17 Januari 1678 . pada keesokan harinya setelah tragedi tersebut, Sunan Amangkurat II menunjuk pengganti-pengganti para yang gugur untuk mengisi jabatan yang kosong yaitu jabatan Bupati Jepara, Pati , Tegal dan Brebes.
Khusus untuk jabatan Bupati Brebes ditunjuk Arya Suralaya. Jadi penunjukan ini terjadi pada tanggal 18 Januari 1678. Dengan demikian Titi mangsa pengangkatan Tumengung Arya Suralaya sebagai Bupati Brebes yang pertama pada tanggal 18 Januari 1678 sekligus menunjukkan Titi mangsa tegak berdirinya Wilayah Brebes sebagai daerah Kabupaten.
Maka selayaknyalah apabila tanggal tanggal 18 Januari 1678 itu diangkat dan ditetapkan menjadi HARI JADI Kabupaten Brebes, sedangkan saatnya jatuh hari Senin Kliwon, tahunnya sesuai tahun 1089 H atau tahun Saka 1600 atau tahun 1601 Jawa. Titi mangsa Hari Jadi Kabupaten Brebes seperti diuraikan di atas, kita angkat dalam untaian Candra sangkala : Nyawiji Ngluhurake Memanising Bopati
Dengan penjelasan :
Nyawiji bermakna : 1
Ngluhurake ( luhur ) bermakna : 0
Memanising ( rasa manis ) bermakna : 6
Bopati ( bupati ) bermakna : 1
Arti keseluruhan : menunjukan tahun Jawa 1601
Candra Sengkala di atas dapat sekaligus disesuaikan dengan angka tahun Masehi, dengan Surya Sengkala :
“ MANGESTHI WICARA EBAHING PRAJA “
Dengan penjelasan :
MANGESTHI ( menuju ) bermakna : 8
WICARA ( Ceritera, Riwayat ) bermakna : 7
EBAHING ( kegiatan ) bermakna : 6
PRAJA ( pemerintah/ Negara ) bermakna : 1
Arti keseluruhan : menunjukan tahun Masehi 1678

Wilayah Kabupaten Brebes pada waktu itu meliputi Brebes, Bentar dan Losari
Pada tahun 1823 – 1901 Brebes masuk karesidenan Tegal
Pada tahun 1901 – 1928 Brebes masuk karesidenan Pekalongan
Pada tahun 1928 – 1942 Brebes masuk karesidenan Tegal
Pada tahun 1942 sampai dengan sekarang Brebes masuk karesidenan Pekalongan

3.Gambar, Sesanti dan Makna Lambang

A. Makna Bentuk dan Motif Dalam Lambang

1.Daun Lambang Daerah yang berbentuk Dasar Segi Lima Melambangkan Dasar Falsafah Negara yaitu Pancasila, sedangkan warna biru menunjukkan adanya daerah Pantai dan Pegunungan. Puncak segi lima menunjukkan puncak gunung sedangkan lengkung-lengkungnya menunjukkan gelombang lautan
2. Makna dan motif-motif didalam lambang
a. Bintang Bintang bersudut lima berwarna kuning emas melambangkan bahwa masyarakat Brebes adalah makhluk yang berKetuhanan Yang Maha Esa.
b. Kapas dan Padi Melambangkan Sandang Pangan
c. Bentuk Bulat Telur serta Gambar Bawang Merah Melambangkan bahwa telur asin serta gambar bawang merah merupakan hasil spesifik daerah.
d. Lima Akar Melambangkan bahwa rakyat dan Pemerintah Daerah adalah Pelaksana Demokrasi Pancasila.
e. Perpaduan antara tujuh belas butir padi, delapan buah kapas empat puluh lima mata rantai Melambangkan titi mangsa proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus 1945.
f. Perpaduan tiga umbi bawang merah dan lima akar yang berwarna hitam, puncak bawang yang merupakan nyala api yang tak kunjung padam berjumlah lima. Melambangkan kehidupan Demokrasi (Legistatif, eksekutif, Yudikatif) yang harus dilaksanakan secara dinamis dalam bentuk Demokrasi Pancasila.
g. Sebuah pita putih bergaris tepi hitam yang menyambungkan padi dan kapas ditengahnya bertuliskan: Mangesti Wicara Ebahing Praja dengan warna hitam yang menunjukkan bahwa rakyat Brebes bertekad untuk membangun daerahnya guna mewujudkan kesejahteraan bersama dalam rangka membangun bangsa dan Negara Kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

B. Makna Warna

a. Putih berarti : Kejujuran/Kesucian
b. Kuning emas berarti : Kesatuan/Keagungan/Kemuliaan Kebijaksanaan
c. Merah berarti : Keberanian
d. Hijau berarti : Kemakmuran/Kerukunan
e. Hitam berarti : Keteguhan/Keabadian
f. Biru berarti : Kedamaian/Kesetiaan

C. Sesanti

Sesanti Daerah adalah Mangesti Wicara Ebahing Praja
1) Arti Sesanti Daerah kata demi kata adalah:
a. Mangesthi : Menuju, menginginkan, menghendaki, mengusahakan, mengutamakan,
bertekad.
b. Wicara : Bicara, cerita, riwayat, pembicaraan, rembug, musyawarah, mufakat,
kebulatan tekad.
c. Ebah (ing) : Gerak, kegiatan, bekerja membangun.
d. Praja : Pemerintahan, Negara, Kegiatan-kegiatan kenegaraaan.
(2) Arti keseluruhan sesanti daerah adalah bahwa rakyat bersama Pemerintah Daerah
Brebes bertekad (Mangesthi) untuk membangun daerahnya guna mewujudkan
kesejahteraan bersama dalam rangka membangun (ebahing) Negara (Praja) dan
Bangsa.
(3) Arti Surya sengkala Mangesthi Wicara Ebanhing Praja
- Mangesthi berwatak : 8
- Wicara berwatak : 7
- Ebah(ing) berwatak : 6
- Praja berwatak :1
Dengan demikian Mangesthi Wicara Ebahing Praja mengandung makna tahun matahari/ masehi : 1678, tahun ini adalah tahun berdirinya Pemerintah Brebes dengan titi mangsa 18 Januari 1678 yang ditandai dengan dilantiknya Bupati Brebes yang pertama yaitu : Raden Arya Suralaya.


4. Nama – nama Bupati yang Pernah Menjabat di Kab. Brebes

1. Tumenggung Arya Suralaya 1678 - 1683
2. Tumenggung Pusponegoro I 1683
3. Tumenggung Puspaningrat ( Pusponegoro II ) 1683 - 1809
4. Tumenggung Pusponegoro III
5. Kanjeng.Adipati.Ariya Singasari Panatayuda I ( Sura ) 1809 - 1836
6. Kanjeng.Adipati.Ariya Singasari Panatayuda II ( Karta ) 1836 - 1856
7. Kanjeng.Adipati.Ariya. Singasari Panatayuda III ( Sarya ) 1850 - 1876
8. Raden Tumenggung Cakra Atmaja 1876 - 1880
9. Raden Mas Adipati Ariya Cakranegara I 1880 - 1885
10. Raden Mas Tumenggung Sumitra 1885 - 1907
kemudian berganti nama : Raden Mas Adipati Ariya Cakranegara II
11. Raden Mas Martanam ( Sawergi III ) 1907 - 1920
12. Kanjeng Raden Tumengung Mas Ariya Purnama Hadiningrat 1920 - 1929
13. Raden Sajikun 1929 (hanya 8 bulan)
14. Raden Adipati Ariya Sutirta Pringga Haditirta 1931 - 1942
15. Raden Sunarya 1942 - 1945
16. Sarimin Reksadiharja 1945 - 1946
17. KH Syatori 1946 - 1947
18. Raden Awal 1947 - 1947
19. Agus Miftah 1947 - 1948
20. R. Sumarna 1948 - 1950
21. Mas Slamet 1950 - 1956
22. Raden Mardjaban 1956 - 1966
23. R.H. Sartono Gondosoewandito, SH 1967 - 1979
24. H. Syafrul Supardi (Kolonel) 1979 - 1989
25. H. Hardono (Kol CZI) 1989 - 1994
26. H. Syamsudin Sagiman 1994 - 1999
27. H.M. Moh. Tadjudin Nuraly 1999 - 2001
28. PLTH Drs Haji Tri Harjono 2001-2002
29. Indra Kusuma, S.SOS 2002 – s.d. Agustus 2010
30. Agung Widiyantoro sementara sebagai Pelaksana Tugas Bupati, sejak Agustus 2010

5. Kesenian dan Tempat Wisata

a. Macam dan Perkembangan Kesenian
Kesenian yang ada di Daerah Kabupaten Brebes dapat dikatakan secara keseluruhan adalah Kesenian Rakyat yang secara turun temuun/ dari nenek moyang dan bersifat kedaerahan.

Macam kesenian yang ada :
(1). Umbul , berkembang terutama di Daerah Randusanga Kecamatan Brebes
(2). Calung, berkembang di Daerah Malahayu Kecamatan Banjarharjo
(3). Marses, berkembang di Daerah Prapag Lor Kecamatan Losari
(4). Kuda Lumping, berkembang hamper di seluruh Kab. Brebes
(5). Burok, berkembang di Daerah Kecamatan Tanjung dan Losari
(6). Wayang Topeng, berkembang di Daerah Terlangu Kec. Brebes dan Desa
Siasem Kec. Wanasari
(7). Genjringan/Terbangan/Sintren dan Wayang Golek


b. Tempat – tempat Wisata
Tempat – tempat Wisata di Kabupaten Brebes adalah :
(1) Waduk Malahayu di Kecamatan Banjarharjo
(2) Waduk Penjalin di Kecamatan Paguyangan
(3) Telaga Ranjeng di Kecamatan Paguyangan
(4) Pemandian Air Panas di Desa Buaran Kecamatan Bantarkawung
(5) Pemandian Air Panas Tirta Husada di Desa Kedung Oleng Kecamatan Paguyangan
(6) Air Terjun Curug Putri di Desa Mandala di Kecamatan Sirampog
(7) Pantai Randusanga di Desa Randusanga Kecamatan Brebes
(8) Sembilan Gua, di Desa Karangbale Kecamatan Larangan
(9) Gua Terusan, di Gunung Kumbang Kecamatan Salem
(10) Candi Siliwangi, di Desa Wlahar Kecamatan Larangan
(11) Gua Lawa di Desa Songgom Kecamatan Jatibarang

CARA MEMBUAT REBANA


Selamat Datang di Desa Kaliwadas Bumiayu

Memasuki desa Kaliwadas hampir di setiap rumah dapat kita jumpai para pengrajin Rebana atau Terbang Kencer. Desa Kaliwadas merupakan sentra produksi Rebana di Kecamatan Bumiayu.
Rebana menjadi mata pencaharian mereka sebagai industri rumah tangga, dan pada umumnya dikerjakan oleh anggota keluarganya sendiri. Bagaimanakah cara untuk membuat Rebana, memproduksi dan memasarkan Rebana, serta apa saja hambatan - hambatannya ?

1. Bahan – Bahan
Untuk membuat rebana diperlukan bahan dasar dan bahan tambahan.
Adapun bahan dasar pembuatan rebana adalah kulit kambing dan kayu. Jenis kayu
yang digunakan antara lain :
- kayu mangga
- kayu karet
- kayu asem
- kayu hujan
Sedangkan bahan tambahan pembuatan Rebana yang tidak kalah penting adalah :
a. Kapur
Dipakai sebagai campuran air unttuk merendam kulit yang berfungsi untuk
merontokkan bulu kulit kambing sampai benar – benar bersih tidak ada
kulitnya
b. Oker ( cat )
Tepung oker yang telah dicampur dengan pengencer ( minyak cat )
berfungsi sebagai cat
c. Minyak cat ( pengencer )
Terdiri atas sangka dan senderlak yang telah dicampur dengan bensin.
Bahan ini sebagai bahan tambahan utama yang berfungsi untuk mencampur
atau mengencerkan bahan tambahan lainnya
d. Dempul
Tepung dempul yang telah dicampur dengan minyak cat berfungsi untuk
meratakan permukaan kayu sehingga permukaaan kayu menjadi halus
e. Seng wit
Sengwit mempunyai 2 ( dua ) fungsi yaitu :
1). Sengwit yang dicampur dengan minyak cat digunakan untuk mengecet
bagian dalam
2). Sengwit yang dicampur air dingin dipakai untuk memutihkan kulit

f. Folitur / Sirlak
Terdiri atas Sirlak dan Spirtus yang berfungsi untuk mengkilapkan
pengecetan
g. Brown ( cat mas )
Tepung Brown ini dicampur dengan mengenceri bahan, ini dipakai
untuk hiasan
h. Belanga hitam
Dicampur dengan mengenceri bahan, ini digunakan untuk memberi
warna hitam pada kulit untuk lembaran
i. Lilin malam
Dipakai untuk melicinkan kluwung dan kulit pada saat pewangkisan

2. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan antara lain :
a. Mesin bubut
Dipakai untuk membuat menjadi kluwung
b. Gaman
Mempunyai 3 bentuk yang berbeda begitu pula fungsinya :
1). Pipih
Gunanya melubangi kluwung untuk tenpat kericik
2). Runcing lurus
Gunanya untuk membentuk kayu bawah dalam
3). Runcing bentuk arit kecil
c. Sugu
Digunakan untuk memperhalus bentuk kluwung
d. Alat wingkisan dan Pancir
Gunanya untuk meletakkan dan mengencangkan kulit pada kluwung
e. Kompor kecil khusus
Untuk menguatkan kluwung dengan cara membakar kluwung diatas
kompor kecil tersebut
f. Kertas amplas
Digunakan untuk mengamplas kayu dempulan atau bulu yang
masih menempel di kulit
g. Batu apung dan air
Digunakan untuk menghilangkan gaji / lemak yang masih
menempel pada kulit
h. Palu kecil

Fungsi palu kecil :
1). Untuk merekat kulit pada kluwung
2). Untuk merekatkan timbel atau timah biasa pada rebana , jika memakai
timah hias atau timbel
i. Paku payung
Untuk penghias pinggiran kayu sebagai pengganti timbel atau timah hias
j. Kericik
Sebagai penghias atau bunyi rebana
k. Timah atau Timbel
Untuk menghias rebana jika diperlukan

3. Proses Pembuatan

Pertama potonglah kayu dibubut dengan menggunakan mesin bubut
dan gaman sehingga membentuk kluwung . kemudian diperindah bentuknya
dengan mengunakan sugu, setelah halus kluwung dijemur selama beberapa hari
sampai benar – benar kering supaya kalau diamplas cepat halus dan memperindah
rebana, lalu dipanaskan dibakar diatas kompor agar permukaan kluwung tampak
lebih halus. Kemudian kluwung diamplas dan dilapisi dengan oker tipis sebagai
dasarnya kemudian dijemur atau dikeringkan di bawah terik matahari
Setelah oker mengering kluwung dikuliti, diwangkis dengan
menggunakan wingkisan dan pancir , sebelum diwangkis kluwung diolesi dengan
lilin malam sehingga kulit mudah ditarik, kulit yang telah dibasahi air diletakkan
pada kluwung dengan menggunakan kawat dan dikaitkan erat – erat pada kawat
yang terdapat pada alat wingkisan. Setelah dikuatkan rebana dijemur bersama
wingkisan tersebut, setelah kering dikuatkan lagi dan akhirnya dipaku dengan
menggunakan ” prepetan ” kulit yang tidak terpakai dipotong sehingga bentuk
rebana menjadi rapi
Agar kelihatan halus rebana didempul dan diamplas setelah kering
bagian rebana dilapisi sengwit yang telah dicampur dengan bahan pengencer,
sedangkan untuk bagian luarnya di cat dengan dilapisi oker yang berbeda dengan
warna oker atas rebana
Setelah oker kering , rebana disirsakan atau diplistur agar lebih
mengkilap kemudian rebana dijemur sampai kering di bawah terik matahari, lalu
diberi warna brown atau emas antara bagian atas dan alas ,. Untuk pinggiran
rebana dipasang potongan kulit yang yang dicat hitam dalam belanga dengan
menggunakan paku payung atau timbel dan paku
Untuk proses terakhir , kericik dipasang pada lubang yang terdapat
pada pinggiran rebana yang telah dibuat khusus, masing – masing lubang
dipasang 2 ( dua ) kericik

B. Sistem Pemasaran

1. Harga

Pemasaran rebana hasil produksi home industri di desa Kaliwadas dibagi
dalam 3 ( tiga ) kelompok tergantung pada jenis dan jumlah rebana tiap setnya,
ketiga kelompok tersebut yaitu :
a. Rebana untuk Qosidah mencapai Rp. 100.000,- - Rp. 300.000,- perset sebanyak 4 biji
b. Rebana unutk kesenian Rudad atau Hadrah mencapai Rp . 1000.000,- perset sebanyak 4 biji
c. Drum Band mencapai Rp 1.000.000,- - Rp. 3.000.000,- perset
Sedangkan alat – alat musik seperti Ketipung, Kendang, Tamborin dan yang lainnya dijual dengan harga bervariasi antara ratusan ribu sampai jutaan rupiah

2. Pemasaran Dan Transportasi

Cara pemasarannya , ada yang langsung dikirim ke luar kota ataupun dipasarkan
atau dijual di rumah dengan membangun sebuah toko sendiri
Dalam pengiriman barang atau transportasi di sini mereka menggunakan
angkutan mobil sendiri. Di antara beberapa pengusaha Rebana yang sudah memiliki
angkutan sendiri seperti mobil box ataupun mobil pribadi, tetapi bagi mereka yang
belum mempunyai mobil angkutan sendiri pengangkutan atau pengiriman
barangnya dengan menyewa mobil
Seperti dijelaskan di atas bahwa pemasaran rebana di dalam dan di luar
negeri . Untuk di dalam negeri ada berbagai cara antara lain dengan menjual secara
langsung melalui toko – toko yang dikelola secara sederhana sedangkan untuk
pemasaran di luar kota diangkut dengan mobil – mobil box milik pribadi maupun
mobil –mobil sewaan

C. Daerah Pemasaran

Adapun daerah pemasaran rebana hasil kerajinan rebana di Kaliwadas sudah
cukup luas seperti : Purwokerto, Wonosobo, Magelang, Semarang, Surakarta, Jakarta,
Surabaya, Yogyakarta dan daerah lainnya di dalam negeri, bahkan saat ini sudah dirintis
sampai ke luar negeri seperti : Singapura, Malaysia dan Brunai
Itulah kegiatan pemasaran yang dilakukan sampai sekarang dapat berjalan
dengan lancar

D. Hambatan - Hambatan

Faktor penghambat pembuatan Rebana antara lain apabila musim penghujan
Di mana huja tiada reda maka pengrajin Rebana kecewa karena menghambat pekerjaan
mereka dan hasil rebana pun tidak sebagus hasil Rebana pada musim panas
Hal ini disebabkan karena tidak dapat menjemur kulit Rebana dengan
sempurna, dan proses pengeringan hasil politur dengan baik karena proses pengeringan
politur dan penjemuran kulit memerlukan sinar matahari secara langsung

Selasa, 26 Juni 2012

Sekilas tentang BUMIAYU

Bumiayu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Indonesia. Bumiayu merupakan pusat aktivitas masyarakat di bagian selatan Kabupaten Brebes seperti Tonjong, Sirampog, Bantarkawung, Salem, dan Paguyangan. Kecamatan ini berada di daerah dataran tinggi, dan dilalui jalur transportasi utama Tegal-Purwokerto, serta jalur kereta api Jakarta-Cirebon-Purwokerto-Yogyakarta-Surabaya. Stasiun kereta api Bumiayu merupakan salah satu perhentian kereta api yang penting di daerah ini.

Di Bumiayu terdapat Pasar Wage, yaitu pasar yang hanya buka setiap lima hari sekali menurut hari pasaran Kalender Jawa. Di kota Bumiayu, sebagian besar masyarakat Bumiayu memiliki mata pencaharian sebagai pedagang. Kawasan perdagangan kota Bumiayu yang membentang dari Talok hingga Jatisawit. Pasar di Bumiayu adalah Pasar Talok, Pasar Bumiayu, Pasar Majapahit, dan Pasar Jatisawit.

Untuk mengurangi kemacetan di kota Bumiayu, Pemerintah Kabupaten Brebes membangun jalan Lingkar Selatan, yang dibangun di sebelah timur wilayah perkotaan Bumiayu. Jalan tersebut terbentang mulai dari Talok hingga Pagojengan Kecamatan Paguyangan dan melintas di bawah jembatan kereta api Sakalimolas.